Gaji Pegawai Bank Halal atau Haram ?
Friday, 19 October 2018
Add Comment
Santri Majapahit - Apakah pertanyaan seperti ini selalu mengganjal pikiran anda saat ini, tentang apakah gaji pegawai bank halal atau haram? Diantara kita mungkin sudah ada yang mengetahui perkara ini, namun ada baiknya menyimak pendapat atau fatwa para ulama mengenai orang yang bekerja di bank.
Fatwa Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: "… Tidak diperbolehkan bekerja di bank seperti itu (yang melakukan transaksi riba, pen.). Sebab bekerja di sana termasuk ta'awun (tolong-menolong) di atas dosa dan permusuhan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al-Ma'idah: 2)
Disebutkan dalam Ash-Shahih dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan orang lain dengan harta riba, penulis, dan kedua saksinya. Beliau menyatakan:
"(Dosa) mereka sama."
Adapun gaji yang telah anda terima, maka halal bagi anda bila sebelumnya anda jahil (tidak tahu) tentang hukum syar'inya, dengan dasar firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (Al-Baqarah: 275-276)
Sementara bila anda tahu bahwa pekerjaan tersebut tidak diperbolehkan, maka seyogianya gaji yang anda terima disalurkan kepada proyek-proyek kebajikan dan menyantuni para fuqara disertai dengan taubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Barangsiapa bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan taubat nashuha, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (At-Tahrim: 8)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:
"Dan bertaubatlah kalian semua wahai kaum mukminin, agar kalian beruntung." (An-Nur: 31) [Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, Kitab Ad-Da'wah, 2/195-196, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' hal. 128-130]
Fatwa serupa juga disampaikan oleh Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah sebagaimana dalam Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin (2/703). Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 128).
Juga Al-Lajnah Ad-Da'imah (13/344-345) yang diketuai oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, wakil: Asy-Syaikh Abdurrazzaq 'Afifi, anggota: Asy-Syaikh Abdullah Ghudayyan dan Asy-Syaikh Abdullah bin Mani'.
Juga penjelasan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah dalam kitabnya Qam'ul Mu'anid (2/278).
Fatwa mereka berlaku umum bagi siapa saja yang bekerja di bank-bank ribawi, walaupun hanya sebagai sopir atau sekuriti (petugas keamanan). Juga berlaku pada semua lembaga ribawi selain bank. Ini adalah fatwa Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 133).
Bahkan hukumnya pun berlaku bagi pihak yang tidak punya pilihan pekerjaan kecuali di bank ribawi, atau pihak yang kondisi ekonominya pailit dan hanya ada lowongan pekerjaan di bank ribawi, sebagaimana fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah. Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 132-133).
Jadi bisa dipastikan bahwa gaji yang diterima pegawai bank sejatinya adalah uang riba. Dan riba dalam Islam hukumnya adalah Haram. Wallahu a'lam.
Fatwa Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah: "… Tidak diperbolehkan bekerja di bank seperti itu (yang melakukan transaksi riba, pen.). Sebab bekerja di sana termasuk ta'awun (tolong-menolong) di atas dosa dan permusuhan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al-Ma'idah: 2)
Disebutkan dalam Ash-Shahih dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan orang lain dengan harta riba, penulis, dan kedua saksinya. Beliau menyatakan:
"(Dosa) mereka sama."
Adapun gaji yang telah anda terima, maka halal bagi anda bila sebelumnya anda jahil (tidak tahu) tentang hukum syar'inya, dengan dasar firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (Al-Baqarah: 275-276)
Sementara bila anda tahu bahwa pekerjaan tersebut tidak diperbolehkan, maka seyogianya gaji yang anda terima disalurkan kepada proyek-proyek kebajikan dan menyantuni para fuqara disertai dengan taubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Barangsiapa bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan taubat nashuha, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (At-Tahrim: 8)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman:
"Dan bertaubatlah kalian semua wahai kaum mukminin, agar kalian beruntung." (An-Nur: 31) [Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, Kitab Ad-Da'wah, 2/195-196, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' hal. 128-130]
Fatwa serupa juga disampaikan oleh Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah sebagaimana dalam Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-'Utsaimin (2/703). Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 128).
Juga Al-Lajnah Ad-Da'imah (13/344-345) yang diketuai oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, wakil: Asy-Syaikh Abdurrazzaq 'Afifi, anggota: Asy-Syaikh Abdullah Ghudayyan dan Asy-Syaikh Abdullah bin Mani'.
Juga penjelasan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah dalam kitabnya Qam'ul Mu'anid (2/278).
Fatwa mereka berlaku umum bagi siapa saja yang bekerja di bank-bank ribawi, walaupun hanya sebagai sopir atau sekuriti (petugas keamanan). Juga berlaku pada semua lembaga ribawi selain bank. Ini adalah fatwa Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah, lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 133).
Bahkan hukumnya pun berlaku bagi pihak yang tidak punya pilihan pekerjaan kecuali di bank ribawi, atau pihak yang kondisi ekonominya pailit dan hanya ada lowongan pekerjaan di bank ribawi, sebagaimana fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah. Lihat Fiqh wa Fatawa Buyu' (hal. 132-133).
Jadi bisa dipastikan bahwa gaji yang diterima pegawai bank sejatinya adalah uang riba. Dan riba dalam Islam hukumnya adalah Haram. Wallahu a'lam.
0 Response to "Gaji Pegawai Bank Halal atau Haram ?"
Post a Comment